![]() |
Razia Satpol PP Kota Pematang Siantar pada kamis (13/3/2025). |
Pematang Siantar, Selektifnews.com -- Kamis malam (13/3/2025), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pematang Siantar menggelar razia terhadap kafe remang-remang di kawasan Tanjung Pinggir. Namun, razia ini menuai kritik tajam dari Ketua Gerakan Masyarakat Anti Prostitusi, Narkoba, dan Judi (Gemapronadi), Andi Ryansah, yang menilai bahwa operasi tersebut hanya sekadar sandiwara dan terkesan setengah hati.
Razia yang Dipertanyakan
Razia yang dilakukan oleh Satpol PP itu disebut tidak memberikan dampak berarti. Sejumlah kafe remang-remang yang selama ini dikenal sebagai tempat hiburan malam dan diduga menjadi lokasi praktik prostitusi masih tetap beroperasi. Bahkan, beberapa tempat tersebut tampak sudah mengetahui akan adanya razia sehingga berhasil menghindarinya.
Menurut saksi mata, sebelum petugas tiba, beberapa kafe sudah dalam keadaan sepi tanpa musik. Hal ini menimbulkan dugaan adanya kebocoran informasi yang memungkinkan pemilik usaha untuk mengantisipasi razia tersebut.
"Kami menduga ada kebocoran informasi. Seharusnya razia dilakukan mendadak dan melibatkan aparat keamanan seperti TNI dan Polri agar tidak ada permainan di belakang layar," ujar Andi dengan nada geram.
Kritik Tajam dari Gemapronadi
Sebagai ketua Gemapronadi, Andi dengan tegas mengecam tindakan Satpol PP yang dinilainya hanya sebatas formalitas. Ia menyebut bahwa selama ini aparat hanya melakukan razia ala kadarnya, tanpa ada upaya serius dalam menutup tempat-tempat yang jelas-jelas melanggar norma dan hukum.
"Ini bukan razia yang serius. Kalau mau menegakkan aturan, harusnya ada tindakan tegas seperti penyegelan atau penutupan permanen. Kalau cuma datang, tegur, dan pergi, itu namanya cuma main sandiwara," cetus Andi.
Lebih lanjut, Andi menyoroti bahwa suasana bulan suci Ramadhan seharusnya menjadi momen bagi pemerintah untuk lebih tegas dalam menertibkan tempat-tempat maksiat. Menurutnya, keberadaan kafe remang-remang di tengah kota yang multikultural dan penduknya sebagian beragama Islam merupakan bentuk pelecehan terhadap nilai-nilai keagamaan.
"Saat umat Islam sedang khusyuk beribadah, tempat-tempat maksiat tetap beroperasi tanpa ada tindakan yang berarti dari pemerintah. Ini bentuk ketidakpedulian terhadap masyarakat yang ingin menjalankan ibadah dengan tenang," tambahnya.
Kritik terhadap Walikota Terpilih Wesli Silalahi
Tak hanya Satpol PP, Andi juga menyoroti sikap Walikota terpilih Wesli Silalahi yang dinilai tidak tegas dalam menyikapi permasalahan ini. Menurutnya, sejak terpilih, Wesli belum menunjukkan kepedulian nyata dalam menertibkan tempat-tempat hiburan malam yang diduga menjadi sarang penyakit masyarakat.
"Kami kecewa dengan kepemimpinan Wesli Silalahi. Seharusnya sebagai walikota, dia bisa mengambil sikap yang lebih berani dan menunjukkan bahwa ia peduli terhadap aspirasi umat Islam. Namun, hingga saat ini, tidak ada gebrakan yang berarti. Ini menunjukkan kelemahan dalam kepemimpinannya," ujar Andi.
Ia juga menegaskan bahwa jika situasi ini terus dibiarkan, maka pihaknya bersama masyarakat akan mengambil langkah lebih lanjut, termasuk menggalang aksi demo dan menuntut pemerintah daerah agar bertindak lebih tegas.
Tuntutan Masyarakat
Menyikapi situasi ini, Gemapronadi bersama sejumlah tokoh masyarakat mendesak agar razia selanjutnya dilakukan dengan serius, melibatkan TNI dan Polri agar tidak ada kompromi dengan pemilik usaha ilegal. Selain itu, mereka juga meminta Pemkot Pematang Siantar untuk menutup permanen tempat-tempat yang terbukti melanggar aturan.
"Kalau pemerintah tidak bisa bertindak tegas, maka jangan salahkan masyarakat jika akhirnya turun tangan sendiri. Kami ingin di bulan suci Ramadhan ini pemko seharusnya menghentikan aktifitas maksiat tersebut," pungkas Andi.
Razia yang dilakukan Satpol PP Kota Pematang Siantar ini memang masih menjadi tanda tanya besar. Apakah hanya sekadar formalitas atau benar-benar memiliki niat untuk menegakkan aturan? Masyarakat kini menunggu langkah nyata dari pemerintah daerah agar kejadian serupa tidak terus berulang tanpa hasil yang konkret.