SERGAI, SELEKTIFNEWS.COM – Proyek pembangunan jembatan di Dusun Pondok Panjang, Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, yang menelan anggaran sebesar Rp 5,7 miliar dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2023, menuai sorotan tajam dari masyarakat. Pasalnya, jembatan yang selesai dibangun sekitar awal tahun 2024 itu dinilai tidak aman dan membahayakan pengguna jalan, terutama saat hujan turun.
Permasalahan utama terletak pada akses jalan yang menuju dan keluar dari jembatan yang terlalu curam dan licin. Kondisi ini menyebabkan banyak pengendara sepeda motor tergelincir, bahkan kendaraan roda empat kesulitan melintasi karena ban tidak mampu mencengkeram jalan yang licin. “Kalau hujan turun, jalan ke jembatan itu seperti jebakan. Banyak yang jatuh, termasuk saya sendiri sudah pernah terpeleset,” ujar Suherman, seorang pedagang setempat, Sabtu (19/7/2025).
Sejak diresmikan, jembatan yang menghubungkan wilayah Kabupaten Sergai dengan Kabupaten Batubara itu belum pernah benar-benar layak digunakan. Masyarakat bahkan sempat melakukan gotong royong untuk menimbun sisi kiri dan kanan jalan dengan batu serta tanah agar kemiringan jalan dapat dikurangi. Namun upaya tersebut tetap belum mampu mengatasi masalah keselamatan.
“Bayangkan, jembatan dibangun dengan menghabiskan uang miliaran rupiah tapi hasilnya sangat mengecewakan. Malah masyarakat harus iuran untuk menimbun jalan supaya tidak banyak yang jatuh. Ini proyek pemerintah atau proyek coba-coba?” tegas Suherman dengan nada geram. Ia menambahkan, sudah banyak pengendara yang mengalami kecelakaan tunggal dan luka-luka akibat jatuh saat melintasi jembatan tersebut.
Kekesalan masyarakat pun memuncak hingga meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara turun tangan menyelidiki proyek tersebut. “Kami dari masyarakat Bandar Khalipah meminta KPK dan Kejati Sumut periksa pembangunan jembatan ini. Hasilnya sangat mengecewakan. Jangan sampai ini menjadi proyek akal-akalan,” ujar Herman didampingi tokoh pemuda setempat, Surya Marantika.
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi bangunan jembatan dan akses jalan memang sangat membahayakan. Terdapat lubang-lubang besar di sisi kiri dan kanan jalan, serta permukaan jalan yang tidak rata akibat penimbunan yang diduga tidak dilakukan dengan pemadatan memadai. “Tanah dan batu itu bahkan banyak yang ditimbun masyarakat sendiri. Lalu di mana kerja konsultan dan pengawas proyek?” lanjut Herman dengan nada kecewa.
Ulfa, warga Dusun IV Desa Pekan Bandar Khalipah, juga menyampaikan kekecewaannya. Menurutnya, setiap pengendara harus ekstra hati-hati melintasi jembatan tersebut, terutama saat hujan. Ia mempertanyakan kualitas pekerjaan serta proses perencanaan dan pengawasan proyek bernilai miliaran tersebut. “Saya memang bukan orang teknik, tapi sebagai warga yang tiap hari lewat jembatan itu, saya tahu betapa bahayanya,” ujar Ulfa.
Masyarakat berharap aparat penegak hukum tidak tinggal diam melihat fakta di lapangan yang menunjukkan adanya dugaan ketidaksesuaian spesifikasi dalam pelaksanaan proyek. “Kalau jembatan ini sudah 1,5 tahun selesai tapi kondisinya seperti itu, jelas mengecewakan. Jangan tunggu ada korban jiwa dulu baru bertindak. Jembatan dibangun untuk keselamatan, bukan cuma demi serapan anggaran,” tutup Ulfa dengan nada prihatin.