Jakarta, Selektifnews.com - Pemilihan Langsung (Pemila) Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) periode 2025–2028 yang seharusnya menjadi ajang demokrasi bersih dan berintegritas kini diguncang isu besar. Salah satu kandidat, M. Pradana Indraputra, dituding membawa jejak skandal akademik terbesar di UI dalam beberapa tahun terakhir dan kini dihadapkan pada tuduhan baru dugaan keterlibatannya dalam kebocoran data pemilih.
Pemila kali ini melibatkan tujuh calon, dengan proses e-voting yang akan digelar pada 23–24 Agustus 2025 melalui aplikasi UI Connect. Sekitar 10.000 alumni telah terverifikasi sebagai pemilih sah. Namun, semangat demokrasi ini justru dibayang-bayangi oleh pertanyaan serius soal integritas calon dan independensi proses pemilihan.
Pradana dikenal sebagai staf Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia yang saat ini menjadi pusat sorotan karena dugaan plagiat disertasi doktoralnya di UI. Skandal tersebut telah mencoreng reputasi akademik kampus, memalukan dunia pendidikan tinggi Indonesia, dan menjadi simbol runtuhnya integritas akademik.
Temuan terkait disertasi Bahlil Lahadalia mencakup dugaan ketidakjujuran dalam pengambilan data penelitian tanpa izin narasumber dan penggunaan data yang tidak transparan, pelanggaran standar akademik dengan penerimaan dan kelulusan kilat tanpa memenuhi syarat, perlakuan istimewa dalam proses akademik seperti pembimbingan khusus, perubahan mendadak penguji, hingga kelulusan, serta konflik kepentingan karena Promotor dan CO-Promotor memiliki hubungan profesional dengan kebijakan yang diatur Bahlil saat menjabat pejabat negara.
Dugaan plagiat disertasi Bahlil melibatkan Alvian Cendy Yustian yang diduga pegawai Kementerian Investasi yang pernah dikomandoi oleh Bahlil Lahadalia. Nama lain yang turut dicantumkan adalah Dimas, Adhi, Rifqi, Faiz, Amel, dan Alvian yang disebut Bahlil sebagai tim pendukung disertasi dalam kata pengantar. Pola kerja Bahlil yang melibatkan orang-orang terdekatnya yang juga pegawainya, diduga kuat telah membudaya.
Sehingga Pradana selaku Stafsus Bahlil sebagai terduga pelaku skandal plagiat ini memunculkan kekhawatiran serius. Apakah ada kecurangan lain yang juga melibatkan pegawai Bahlil yang lain? Mengingat, budaya curang yang merusak dunia akademik bisa saja menjalar ke ruang demokrasi alumni. Jika UI pernah dibuat malu di ruang sidang akademik karena plagiarisme, maka ILUNI UI berpotensi dipermalukan di panggung demokrasi jika mengabaikan tanda-tanda bahaya ini.
Kekhawatiran berlanjut, Tempo memberitakan adanya dugaan kebocoran data pemilih yang diduga mengalir ke pihak tertentu, "Isu Dugaan Penyalahgunaan Data Muncul di Pemilihan Ketum ILUNI UI: Sejumlah alumni menilai dugaan penyalahgunaan data tersebut dapat mengganggu integritas pemilihan."
Berita Tempo menyatakan "dugaan penyalahgunaan data sekitar 6.000 Nomor Pokok Mahasiswa (NPM) oleh salah satu kandidat untuk mendaftarkan pemilih ke aplikasi UI Connect tanpa sepengetahuan pemilik data."
Michael Graceson, mahasiswa Magister FH UI selaku narasumber, menilai isu kebocoran data ini harus dipandang lebih jauh dari sekadar pelanggaran administratif. “Masalahnya bukan hanya pada teknis pemilu, tapi pada budaya politik curang yang berpotensi direproduksi dari ruang akademik ke ruang demokrasi. Jika dibiarkan, hal ini bisa menjadi preseden buruk bagi organisasi alumni,” tegasnya.
Menyusul kemudian, muncul kabar kandidat yang diduga memanfaatkan kebocoran 6.000 NPM tadi juga didukung Ketua Umum Partai Politik besar pendukung utama pemerintahan Prabowo–Gibran. Kedua skandal ini kemudian ditafsirkan menyasar pada Pradana yang menjadi nama yang paling sering dikaitkan dalam percakapan alumni UI, karena hanya Pradana lah kandidat yang dekat dengan Bahlil selaku Ketua Umum Partai Politik.