-->

Iklan

Menu Bawah

Iklan

Halaman

Keberangkatan Pagi KM Menumbing Bongkar Dugaan Lolosnya Pasir Timah Ilegal

Redaksi
Kamis, 14 Agustus 2025, Agustus 14, 2025 WIB Last Updated 2025-08-14T10:22:11Z


TANJUNGPANDAN, SELEKTIFNEWS.COM – Suasana Pelabuhan Tanjung Ru, Tanjungpandan, Kamis (14/8/2025) pagi, mendadak memantik tanda tanya besar. Sekitar pukul 07.00 WIB, KM Menumbing yang biasanya berlayar sore, kali ini berangkat lebih awal menuju Pelabuhan Sadai, Bangka Selatan. Bukan hanya jadwal yang tak biasa, namun proses keberangkatan kapal juga berlangsung tanpa pengawasan ketat. Kamis (14/8/2025).


Pantauan di lokasi memperlihatkan 14 truk berbagai jenis melenggang naik ke kapal tanpa pemeriksaan mendetail terhadap isi muatan. 


Tidak terlihat aparat penegak hukum yang biasanya berjaga, baik dari Satgasus 08 PT Timah maupun Kejaksaan Negeri (Kejari) Belitung. 


Situasi ini memicu dugaan adanya praktik penyelundupan, khususnya pasir timah ilegal.


Manifes Tak Menghapus Curiga

Berdasarkan data manifes, muatan resmi yang tercatat hanyalah sagu, minyak Kita, barang Indomaret, dan barang retur. 


Namun, bagi sebagian warga yang peka terhadap pergerakan logistik di pelabuhan, daftar itu belum cukup meyakinkan.


Okri, petugas pelabuhan, membantah keras adanya pasir timah.


“Berdasarkan laporan ke loket, tidak ada timah, Pak,” ujarnya singkat.


Meski demikian, keterangan berbeda datang dari seorang sumber yang memahami seluk-beluk bongkar muat di pelabuhan. 


Ia menyebut ada sedikitnya lima truk yang patut dicurigai membawa muatan ilegal.


“Cek saja yang katanya muatan sagu dan barang retur. Dari penampakan ada yang aneh. Harusnya aparat di Pelabuhan Sadai mengecek satu per satu truk saat bongkar,” ungkapnya.



Celah Pengawasan di Dua Titik

Sumber tersebut menilai lemahnya pengawasan di dua titik—saat truk naik dari Tanjung Ru dan ketika turun di Sadai—membuka peluang besar lolosnya muatan ilegal. 


Apalagi, pasir timah merupakan komoditas bernilai tinggi yang sudah lama menjadi incaran jaringan ilegal.


Secara resmi, pasir timah termasuk barang yang diawasi ketat karena kerugian negara akibat distribusi ilegalnya bisa mencapai miliaran rupiah. 


Aparat gabungan dari berbagai instansi, mulai dari Dishub, KSOP, Bea Cukai, hingga aparat penegak hukum, biasanya rutin menggelar razia di pelabuhan utama. 


Namun, kejadian pagi itu justru menunjukkan seolah-olah “gawang” pengawasan sedang kosong.



Fakta Integritas yang Mandul

Padahal, belum lama ini Dinas Perhubungan Belitung, KSOP, Bea Cukai, kepolisian, dan pihak terkait lainnya telah menandatangani fakta integritas yang diinisiasi Kejari Belitung. 


Tujuannya jelas: memperketat pengawasan dan memberantas penyelundupan timah. Namun, peristiwa di Tanjung Ru seperti menampar kesepakatan itu, menjadikannya bak “macan ompong” tanpa taring.


Lebih ironis lagi, ada dugaan pasir timah dari Belitung beredar dengan dokumen “aspal” (asli tapi palsu) dan masuk ke salah satu perusahaan tambang yang berada dalam jejaring bisnis Hasyim Djojohadikusumo, adik kandung Presiden Prabowo Subianto.


Tantangan Bagi Presiden

Jika dugaan ini benar, maka tantangan besar menanti Presiden Prabowo. Sebagai kepala negara, ia dituntut untuk memutus mata rantai mafia timah yang sudah mengakar di Bangka Belitung. 


Tanpa tindakan tegas, praktik ini akan terus merugikan negara dan merusak ekosistem pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan.


Masyarakat kini menunggu langkah cepat aparat dan pemerintah pusat. 


Kasus ini bukan sekadar soal muatan mencurigakan yang lolos pemeriksaan, melainkan soal integritas sistem pengawasan dan komitmen negara dalam melawan mafia komoditas strategis.


Keberangkatan KM Menumbing pagi itu menjadi alarm keras bahwa celah pengawasan masih lebar terbuka. Tanpa koordinasi solid antarinstansi, pelabuhan—yang seharusnya menjadi gerbang resmi perdagangan—bisa berubah menjadi jalur emas bagi para penyelundup. (KBO Babel)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Entertainment

+

Opini

+