![]() |
| Gunung Sampah Tanjung Pinggir: Monumen Kegagalan Tata Kelola Lingkungan Pematangsiantar |
PEMATANGSIANTAR, SELEKTIFNEWS.COM – Pemandangan memuakkan tersaji di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba. Bukan lagi sekadar tempat penampungan, lokasi ini telah berubah menjadi "monumen" tumpukan limbah yang menjulang tinggi, seolah menjadi bukti nyata ketidakmampuan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam mengelola masalah paling mendasar di perkotaan: sampah.
Berdasarkan pantauan di lokasi, dua unit ekskavator bermerek Komatsu terus bekerja keras memindahkan gunungan sampah yang kian tak terkendali. Namun, upaya tersebut tampak seperti memindahkan air dengan sendok—sia-sia dan tidak menyentuh akar masalah. Truk-truk kecil pengangkut sampah tampak antre di kaki gunung limbah, sementara bau busuk yang menyengat menusuk hidung hingga radius ratusan meter, mengancam kesehatan warga sekitar dan ekosistem lokal.
Kritik Pedas: Kebijakan 'Tambal Sulam' yang Memuakkan
Kondisi TPA Tanjung Pinggir saat ini adalah cermin dari kebijakan yang bersifat reaktif, bukan preventif. Alih-alih menerapkan teknologi pengelolaan sampah modern atau program pengurangan sampah dari hulu yang progresif, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tampak hanya terjebak dalam rutinitas "buang dan tumpuk".
Pemanfaatan alat berat di lokasi tersebut hanyalah solusi jangka pendek untuk mencegah longsoran sampah ke jalan, namun tidak menjawab persoalan kapasitas TPA yang sudah di ambang batas (overload). Tanpa adanya sistem sanitary landfill yang mumpuni, TPA Tanjung Pinggir kini tak lebih dari bom waktu ekologis yang siap meledak kapan saja.
Soroti Kinerja Kadis LH: Arry Sembiring Dinilai Gagal Total
Sorotan tajam tertuju langsung kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar, Arry Suaswhandy Sembiring, S.STP., M.Si. Sebagai pucuk pimpinan di instansi yang bertanggung jawab atas kebersihan dan kelestarian kota, Arry dinilai tidak memiliki visi strategis dalam membenahi carut-marut persampahan di Siantar.
Masyarakat mulai mempertanyakan kapasitas dan kapabilitas Arry Sembiring dalam menjabat. Di bawah kepemimpinannya, DLH seolah berjalan di tempat. Berikut adalah poin-poin krusial yang menjadi rapor merah sang Kadis:
1. Minim Inovasi: Tidak ada langkah konkret untuk mengonversi sampah menjadi energi atau produk bernilai guna (waste-to-energy), yang seharusnya sudah menjadi standar kota menengah-besar.
2. Manajemen Krisis yang Buruk: Penumpukan sampah di Tanjung Pinggir membuktikan bahwa perencanaan strategis pembuangan akhir tidak berjalan. Kadis seolah hanya menunggu masalah menjadi viral baru melakukan tindakan darurat.
3. Transparansi Anggaran: Dengan anggaran yang dikelola setiap tahunnya, publik patut bertanya ke mana perginya dana tersebut jika kondisi lapangan masih kumuh, tradisional, dan tidak manusiawi bagi pekerja maupun warga terdampak.
> "Gelar akademik yang mentereng dan jabatan strategis tidak ada gunanya jika aroma busuk sampah masih menjadi 'sapaan pagi' warga Siantar. Arry Sembiring harus berhenti bersembunyi di balik meja dan mulai menunjukkan hasil kerja nyata, atau lebih baik mundur jika sudah tidak sanggup," ujar salah satu aktivis lingkungan setempat yang enggan disebutkan namanya.
Ancaman Kesehatan di Depan Mata
Gunungan sampah yang terpapar sinar matahari dan hujan di Tanjung Pinggir menghasilkan air lindi (leachate) yang berisiko mencemari air tanah. Selain itu, banyaknya hewan liar seperti anjing yang berkeliaran di area tumpukan sampah (seperti terlihat dalam gambar) meningkatkan risiko penyebaran penyakit zoonosis ke pemukiman warga.
Wali Kota Pematangsiantar Wesli Silalahi sebaiknya harus segera mengevaluasi kinerja Kadis LH Arry Sembiring dan merombak total sistem pengelolaan sampah.










