Pematangsiantar, Selektifnews.com – Aksi mimbar umum yang dilakukan Komunitas Pedagang Pasar Horas (KP2H) di bawah pimpinan Agus Butar-Butar pada Selasa (10/6/2025) menuai kecaman luas dari berbagai elemen masyarakat, khususnya para pedagang di kawasan Pasar Horas. Aksi yang memblokade total Jalan Merdeka, akses utama ke Gedung 1 hingga Gedung 4 Pasar Horas, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang sangat parah serta kerugian ekonomi bagi pedagang kecil.
Sejak pukul 10.00 WIB, kawasan sekitar Jalan Merdeka lumpuh total. Kendaraan umum, pribadi, hingga angkutan kota tidak bisa melintas, menyebabkan antrean panjang dan keresahan warga yang hendak beraktivitas di pusat kota. Aksi ini digelar sebagai bentuk protes atas kebijakan Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar terkait relokasi dan penataan pedagang di Gedung 4 Pasar Horas. Namun, tindakan menutup jalan utama dianggap kontraproduktif oleh banyak pihak.
Beberapa organisasi, seperti Pemuda Pancasila (PP) Unit Pusat Pasar, Persatuan Pedagang Pasar Bersatu (P3B), dan Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional (AP2T), menyayangkan keras aksi tersebut. Menurut mereka, unjuk rasa seharusnya tidak mengganggu aktivitas ekonomi warga lainnya. “Aksi menyampaikan pendapat sah, tapi jangan sampai merugikan pedagang kecil dan masyarakat umum,” ujar Saut Silalahi, Sekretaris PP Unit Pusat Pasar.
Ketegangan sempat terjadi ketika beberapa pedagang mencoba membuka jalur yang diblokir. Aparat kepolisian dan Satlantas Polres Pematangsiantar yang hadir di lokasi harus berjibaku menjaga ketertiban dan menghindari bentrok antar kelompok. Bahkan sempat terjadi tarik-menarik barikade antara pedagang yang kesal dan massa aksi yang tetap bertahan.
Salah seorang pedagang bermarga Simanjuntak menyampaikan kekesalannya. Ia mengatakan bahwa dagangannya sepi sejak pagi karena akses tertutup. “Pengunjung takut datang, mereka pikir ada kerusuhan. Kami ini pedagang kecil, hidup dari hasil jualan harian. Kalau begini terus, bisa bangkrut,” katanya dengan nada tinggi. Ia meminta agar aksi semacam ini dilakukan di lokasi pemerintahan, bukan di sentra ekonomi.
Keluhan juga datang dari kalangan sopir angkot dan tukang parkir. Sopir mengaku penghasilan mereka menurun drastis karena penumpang enggan melintas di kawasan pasar. “Biasanya ramai, hari ini kosong. Penumpang turun di simpang jauh karena tak bisa masuk,” ujar seorang sopir. Tukang parkir pun merasakan dampak serupa. “Biasanya saya bisa setor harian, ini sudah siang pun belum cukup uang parkir,” keluh salah satu petugas parkir.
Saut Silalahi menambahkan, pihaknya mendukung penuh langkah Pemko Pematangsiantar dalam mencari solusi terbaik bagi seluruh pedagang. Ia menegaskan bahwa semua keputusan yang diambil telah melewati proses dialog bersama perwakilan pedagang. “Kami yakin niat pemerintah baik. Tapi kalau ada yang tidak puas, silakan sampaikan lewat forum resmi, bukan dengan menutup jalan,” katanya.
Aksi KP2H akhirnya bubar sekitar pukul 15.00 WIB, namun ketegangan masih terasa di kalangan pedagang. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa kelompok ini berencana melanjutkan aksi serupa esok hari, bahkan dengan massa lebih besar. Banyak pihak kini berharap agar dialog dan mediasi dapat dilakukan secepatnya agar kondisi pasar kembali kondusif dan aktivitas ekonomi bisa berjalan normal tanpa gangguan.