-->

Iklan

Menu Bawah

Iklan

Halaman

Era Bupati Anton, Dokter UGD Parapat Arogan: Suruh Staf Amankan Wartawan yang Hendak Konfirmasi

Redaksi
Selasa, 23 September 2025, September 23, 2025 WIB Last Updated 2025-09-23T05:57:05Z
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Touris Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun


SIMALUNGUN, SELEKTIFNEWS.COM – Dunia medis kembali tercoreng dengan ulah arogan oknum dokter jaga di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Touris Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun. Insiden terjadi pada Senin, 22 September 2025, ketika seorang jurnalis IndonesiaSatu.co.id hendak melakukan konfirmasi terkait dua korban anarkis yang tengah dirawat di ruang UGD rumah sakit tersebut.


Awalnya, wartawan tersebut dengan sopan memperkenalkan diri dan meminta izin untuk mewawancarai dokter yang menangani pasien. Tujuannya sederhana, agar publik mengetahui kondisi terbaru dua korban yang dikabarkan mengalami luka-luka akibat insiden anarkis di Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik. Namun niat baik itu justru mendapat respon kasar dari dokter yang sedang bertugas, dr. Menti Siburian.


Tanpa basa-basi, dr. Menti langsung menolak dengan nada tinggi dan menyatakan tidak bersedia memberikan keterangan. Bahkan, dengan nada ketus, ia menyuruh wartawan agar mewawancarai langsung pihak korban. Ironisnya, alih-alih menghormati kerja-kerja jurnalistik, dokter tersebut justru memerintahkan staf medis untuk "mengamankan" wartawan yang tengah menjalankan tugas.


“Hehhh, kalian amankan wartawan ini. Ada wartawan di sini, kalian amankan!” demikian bentak dr. Menti Siburian di hadapan stafnya. Perintah itu seolah menempatkan wartawan sebagai penjahat, padahal kehadirannya semata-mata untuk menjalankan fungsi kontrol sosial dan menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.


Padahal sebelumnya, jurnalis IndonesiaSatu.co.id sudah berupaya mengikuti prosedur dengan meminta keterangan kepada Direktur RSUD Parapat, dr. Amran Situmorang. Namun dr. Amran justru menyarankan agar konfirmasi dilakukan langsung kepada dokter yang menangani pasien. Anehnya, ketika prosedur itu dijalankan, sang dokter malah menunjukkan sikap arogansi yang mencederai etika profesi medis maupun pelayanan publik.


Kasus serupa ternyata bukan yang pertama terjadi di RSUD Parapat. Rekam jejak menunjukkan bahwa rumah sakit milik pemerintah daerah itu kerap menjadi sorotan karena buruknya etika pelayanan. Beberapa waktu lalu, tindakan arogan juga pernah dialami pejabat daerah hingga berujung pada penonaktifan direktur rumah sakit. Namun rupanya, budaya arogansi di tubuh RSUD Parapat masih saja berulang.


Hingga berita ini diterbitkan, Direktur RSUD Parapat, dr. Amran Situmorang, yang coba dikonfirmasi ulang melalui pesan WhatsApp, memilih bungkam dan tidak memberikan tanggapan apapun. Sikap diam ini menambah daftar panjang citra buruk rumah sakit tersebut, sekaligus menimbulkan pertanyaan besar: sampai kapan arogansi tenaga medis dibiarkan terjadi di era kepemimpinan Bupati Simalungun, Radiapoh Hasiholan Sinaga alias Anton?


Insiden ini menjadi pukulan telak bagi dunia kesehatan, khususnya di Kabupaten Simalungun. Selain mencederai prinsip pelayanan publik, peristiwa ini juga menunjukkan lemahnya komitmen aparatur kesehatan dalam menghormati kebebasan pers. Publik kini menunggu sikap tegas dari Bupati Anton terhadap oknum dokter arogan yang berani mempermalukan martabat rumah sakit di depan khalayak ramai.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Entertainment

+

Opini

+