Simalungun, Selektifnews.com -- Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat menggelar Syukuran sebagiai wujud syukur atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Tuan Rondahaim Saragih Garingging. Rabu (26/11/2025)
Sebelumnya Gelar tersebut ditetapkan Presiden RI pada 10 November 2025, meneguhkan tokoh yang dijuluki “Napoleon der Batak” sebagai salah satu pejuang bangsa.
Perayaan dipusatkan di pelataran Makam Pahlawan Tuan Rondahaim di Pematang Raya, diawali ziarah dan ibadah, lalu dilanjutkan prosesi adat yang berlangsung khidmat namun meriah dengan dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah yakni Walikota P. Siantar Wesly Silalahi, S.H., M.Kn.
Danrindam Brigjen Abdul Razak Rangkuti, S.Sos., M.Han., M.Si.Dandim 0207/SimalungunLetkol Inf Gede Agus Dian Pringgana S.Sos., M.M.A.S., M.Han. Danbrigif TP 36/HM Kolonel Inf. Sunardi. Danrem 022/PT diwakili Kasrem 022/PT Letkol Inf. Binsar Simanjuntak. Kapolda Sumatra Utara diwakili Kombes Pol. Arif Satrio S.Ik. Dandenpom 1/I P.Siantar Letkol Cpm. Haru Prabowo S.H., M.H.M.P.M.
Danyon TP 901/SG Letkol Inf Mahfudz.
Danyon Batalyon 122/TS Letkol Inf Wahidin Sobar.
Kapolres Simalungun Diwakili Wakapolres Simalungun
Ketua DPRD Simalungu Sugiarto S.E. Kajari Simalungun Munawal Hadi, S.H., M.H. Ketua P.N Simalungun Erika Sari Emsah Ginting S.H., M.H. dan para tamu istimewah lainya.
Setiap tahapan upacara menjadi simbol penghormatan kepada sosok yang lama hidup dalam ingatan masyarakat Simalungun sebagai pemimpin pemberani dan penjaga martabat tanah leluhur.
Bupati Simalungun, Dr H Anton Achmad Saragih, dalam sambutannya menegaskan bahwa penghargaan negara ini tidak hanya untuk seorang tokoh, tetapi juga pengakuan atas kontribusi masyarakat Simalungun dalam mozaik sejarah Indonesia.
Ia menyebut Tuan Rondahaim bukan sekadar pemimpin adat, melainkan panglima sekaligus pemikir yang berada di garda depan perlawanan terhadap kolonial Belanda.
Bupati menambahkan semangat juangTuan Rondahaim mengingatkan bahwa kemerdekaan menuntut keberanian, dan harga diri hanya bisa tegak jika ketidakadilan dilawan.
“Di tempat yang sakral ini, kita seperti kembali merasakan napas perjuangan seorang pemimpin yang berdiri paling depan di masa penjajahan, tugas kita adalah meneladani keberaniannya untuk bersuara demi kebenaran, memperjuangkan kepentingan rakyat, serta menjaga kehormatan budaya dan persatuan,” ungkapnya
Warna budaya dalam acara ini menunjukkan bahwa warisan Simalungun bukan hanya dikenang, tetapi terus hidup dan diwariskan lintas generasi.( Pendim 0207/Sml )










