OKI, SELEKTIFNEWS.COM – Warga Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), khususnya di Kecamatan Kota Kayuagung, dalam beberapa minggu terakhir mengeluhkan sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Pantauan awak media pada Rabu (24/9/2025) di dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) memperlihatkan antrean kendaraan yang mengular panjang, menandakan terbatasnya akses distribusi solar di wilayah tersebut.
Di SPBU 24.306.30 yang berlokasi di Jalan Muchtar Saleh, Kelurahan Mangunjaya, antrean panjang kendaraan tampak mengular hingga ke badan jalan. Kondisi ini membuat para sopir pengguna solar mengeluh, terlebih karena adanya aturan pembayaran menggunakan aplikasi Balkot dan GoPay yang sering mengalami kendala jaringan. Banyak warga menganggap sistem digital ini justru memperlambat proses pengisian BBM.
Jak (50), seorang sopir mobil pick-up Isuzu Panther, mengaku dirinya harus antre sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB, namun belum juga mendapatkan solar. “Sudah tiga jam menunggu, masih juga di antrean. Padahal saya butuh segera jalan untuk mengantar barang,” keluhnya dengan nada kecewa.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh pengguna lainnya yang menilai keterbatasan stok solar di SPBU membuat kondisi semakin sulit. Tidak jarang, mereka harus berpindah dari satu SPBU ke SPBU lain hanya untuk bisa mendapatkan BBM subsidi tersebut. Hal ini tentu merugikan, karena waktu terbuang dan biaya operasional ikut bertambah.
Sementara itu, pengawas SPBU 24.306.30, Desta Arinata, menjelaskan bahwa jadwal pengisian solar memang dibatasi hingga pukul 22.00 WIB karena jumlah stok yang terbatas. Menurutnya, jika salah satu dari tiga SPBU di Kecamatan Kota Kayuagung kehabisan solar, maka SPBU lainnya akan menanggung beban antrean yang lebih besar sehingga terjadi penumpukan panjang.
Desta menambahkan, pihak SPBU berusaha mengatur antrean dengan sistem satu jalur agar tidak menimbulkan kemacetan di jalan raya. Mengingat kondisi jalan kota yang relatif sempit, pengaturan jalur antrean ini menjadi solusi sementara untuk mengurangi risiko macet total. “Kami hanya bisa mengatur arus antrean agar tidak mengganggu lalu lintas. Kalau soal stok, itu kewenangan pihak Pertamina,” ujarnya.
Fenomena antrean panjang solar ini pun mendapat sorotan dari masyarakat. Beberapa warga menilai perlunya perhatian serius dari pemerintah daerah dan Pertamina untuk mencari solusi jangka panjang. Warga berharap ada penambahan kuota solar untuk wilayah Kayuagung agar kebutuhan masyarakat bisa tercukupi tanpa menimbulkan antrean yang berlarut-larut.
Dengan tingginya kebutuhan solar, terutama bagi sopir angkutan barang dan pelaku usaha kecil, kelangkaan ini dikhawatirkan berdampak pada aktivitas ekonomi. Warga OKI mendesak pemerintah segera mengambil langkah tegas agar distribusi solar kembali normal, sehingga aktivitas masyarakat dan roda perekonomian di Kayuagung tidak terus terganggu.